BEBERAPA bekas diplomat Amerika Syarikat mengambil risiko dengan melakukan lawatan ke Semenanjung Ghaza dan bertemu dengan pemimpin Hamas, Ismail Haniyah, serta mantan perdana menteri Palestin yang di `pecat’ secara paksa oleh Presiden Mahmud Abbas.
Para bekas diplomat AS itu mewakili lembaga Council for National Interest yang berpengkalan di Washington, sebuah badan dianggotai bekas diplomat, analisis dan pengusaha AS. Kedatangan mereka ke Ghaza, selain untuk mengimbangi taktik lobi Israel di AS, juga untuk menjelaskan perancangan luar negeri AS di Timur Tengah yang mereka dakwa sesuai dengan nilai Amerika dan sebagai usaha untuk mencari resolusi yang adil atas konflik Arab-Israel.
"Ini merupakan kunjungan yang sangat menarik dan kami berdikskusi secara terbuka dengan perdana menteri. Ia (Haniyah) memberikan pandangan yang terperinci pemerintahan di Ghaza terhadap banyak hal," kata Richard Viets, yang pernah menjadi duta besar di Israel dan Jordan.
Delegasi AS itu mendapat sambutan hangat dari Hamas. Menteri Kesihatan kabinet Haniyah, Bassim Naim menilai kedatangan delegasi dari AS itu sebagai kunjungan yang penting, apalagi dalam keadaan di mana bangsa Palestin sedang mengalami kepungan yang dilakukan oleh Israel dan AS.
"Haniyah menegaskan kembali hubungan antara rakyat Palestin dan rakyat Amerika, serta fakta bahawa bangsa Palestin membezakan antara mereka yang cinta perdamaian dengan agresif terhadap bangsa Palestin yang dilakukan pemerintah AS, " kata Naim.
Richard Viets menambah, kedatangan para bekas diplomat AS ke Ghaza juga dalam rangka misi mencari fakta. "Kami datang ke sini kerana kami sangat ingin membekali diri kami dengan pengetahuan yang lebih baik tentang situasi di sini dan pulang dengan membawa penjelasan sama ada badan, pemerintahan kami tentang reaksi dan pandangan dari apa yang telah kami dengar di sini," ujar Viets.
Selain Semenanjung Ghaza, delegasi AS itu juga akan mengunjungi Israel, wilayah pendudukan Tebing Barat, Mesir, Jordan, Labenon dan Syria. Mereka juga mengaku tidak meminta izin khusus dari pemerintah AS dalam melakukan misi tersebut.
Perjalanan para bekas diplomat itu, terutama pertemuan mereka dengan Hamas, kembali menjadi tamparan hebat bagi pemerintahan AS yang selama ini melarang siapa pun untuk berkomunikasi dengan Hamas. (iol)
-
0 comments:
Catat Ulasan