Di Malaysia, gereja dan masjid yang menjadi sasaran bakar dan perbuatan yang membawa maksud penghinaan mungkin didalangi dan bermotif politik bagi mencetuskan perkauman dan di Perancis pun tidak kurang juga serangan anti Islam dan perkauman.
Sebuah masjid di Perancis kembali menjadi sasaran vandalisme akhir minggu lalu. Serangan ini menimbulkan kekhawatiran akan makin meningkatnya sentimen anti Islam di negeri itu.
Pelaku vandalisme menulis kata-kata "Keluarkan Islam dari Eropah" dan "Perancis untuk orang Perancis" di dinding dan pintu masuk masjid di kawasan Crepy-en-Valois, sebelah utara Paris.
Sebulan sebelum itu, masjid di selatan kota Castres juga menjadi sasaran vandalisme. Pelakunya juga menconteng bahagian luar dinding masjid dengan gambar swastika dan tulisan "Sieg Heil". Bukan itu sahaja, di muka pintu terdapat gambar bendera Perancis dan telinga babi serta kaki babi yang digantung pelakunya di freme pintu masjid.
Para pemuka Muslim di Perancis sudah meminta autoriti berkuasa di Perancis berbuat sesuatu untuk mengakhiri kecenderungan peningkatan tindakan vandalisme di tempat ibadah kaum Muslimin. Dewan Muslim Perancis juga mendesak Presiden Nicolas Sarkozy untuk mendukung parlimen yang menyerukan agar pemerintah membahas persoalan makin meningkat gejala Islamofobia di Perancis.
Akan tetapi pemerintah menolak usul ahli parlimen itu bersamaan dengan rancangan menguatkuasakan larang bercadar di tempat umum kepada wanita muslim.
Sikap pemerintah membuat para pemuka Muslim di Perancis kecewa. Tokoh Muslim di Castres, Abdul Malik Bouregba menyatakan, perbuatan vandalisme di masjid adalah impak daripada sikap pemerintah Perancis yang lebih mengutamakan persoalan identiti nasional dan mengabaikan golongan komuniti Muslim di negeri itu. Padahal, Prancis adalah negara Eropah yang paling banyak warga Muslim, iaitu sekitar 7 juta jiwa dibandingkan negara Eropa lain.
-
0 comments:
Catat Ulasan